Jumat, 25 November 2016

Keperawatan KMB - Asma Bronkhial


Asma Bronkhial


Semoga bermanfaat ....

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang timbul pada negara berbeda-beda, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia biasanya mempunyai masalah kesehatan yang sangat kompleks. Masalah-masalah kesehatan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, perilaku, keturunan dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma di manifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dipsnea, batuk dan mengi (Smeltzer and Bare, 2002 : 611).
Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah proses reversible. Eksaserbasi akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala. Jika asma dan bronkhitis terjadi bersamaan, obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronkhitis asmatik kronik (Smeltzer and Bare, 2002 : 611).
Di Taiwan angka kejadian yang berkunjung ke rumah sakit 569 keluarga. Penyakit asma ini juga pasti sudah berkembang di negara Asia lainnya. Hampir 17 % dari semua rakyat Amerika Serikat mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. (Smeltzer and Bare, 2002 : 611).
  1. Batasan Masalah
Makalah ini membahas:
1.   Pengertian asma bronkhial.
2.   Etiologi asma bronkhial.
3.   Tanda dan gejala asma bronkhial.
4.   Patofisiologi asma bronkhial.
5.   Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi asma bronkhial.
6.   Komplikasi yang diakibatkan oleh asma bronkhial.
  1. Masalah
Masalah yang akan dibahas meliputi:
1.      Bagaimana pengertian asma bronkhial ?
2.      Apa saja etiologi dari asma bronkhial?
3.      Bagaimana tanda dan gejala asma bronkhial ?
4.      Bagaimana patofisiologi asma bronkhial ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan asma bronkhial. ?
6.      Bagaimana komplikasi asma bronkhial ?
  1. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit asma bronkhial.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah:
a.       Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian asma bronkhial.
b.      Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi asma bronkhial.
c.       Mahasiswa dapat menjelaskan tanda dan gejala asma bronkhial.
d.      Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi asma bronkhial.
e.       Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan asma bronkhial.
f.       Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi asma bronkhial.
  1. Manfaat Makalah
1.      Manfaat Praktis
    1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat membantu mahasiswa untuk mengenal penyakit asma bronkhial, bagaimana proses perjalanan penyakit, penatalaksanaan yang dapat dilakukan, dan komplikasi yang terjadi. Diharapkan dapat mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari di dunia keperawatan.
    1. Bagi Institusi
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi institusi dalam melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien asma bronkhial.
2.      Manfaat Teoretis
Makalah ini membahas asma bronkhial yang disertai dengan definisi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, dan komplikasinya. Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menambah pengetahuan baru bagi pembaca mengenai asma bronkhial.  
  1. Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode deskriptif kualitatif.





BAB II
PEMBAHASAN

  1. Tinjauan Teoretis
1.    Definisi Asma Bronkhial
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan mengi dan sesak (Mansjoer, 2002:476).
2.    Etiologi
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: faktor ekstrinsik, intrinsik dan asma gabungan (Smeltzer & Bare, 2002:611).
3.    Tanda dan Gejala Asma Bronkhial
Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial adalah batuk, dispnea, dan wheezing. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002:612).
4.    Patofisiologi Asma Bronkhial
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental. Stimulasi  reseptor  α-  mengakibatkan  penurunan  cAMP,  yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast  bronkokonstriksi. Stimulasi  reseptor  β-  mengakibatkan  peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan bronkodilatasi. (Smeltzer & Bare, 2002: 611-612).
5.    Penatalaksanaan Asma Bronkhial
Penatalaksanaan asma bronkhial dilakukan melalui terapi obat seperti: bronkodilator, anti inflamasi, ekspektoran, dan antibiotik. Dapat juga dilakukan terapi oksigen dan drainase postural (Smeltzer & Bare, 2002:613).
6.    Komplikasi Asma Bronkhial
Komplikasi yang dapat terjadi pada asma bronkhial, antara lain pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal nafas, bronkitis, dan fraktur iga (Mansjoer, 2008 dalam Kurniawan Adi Utomo, 2015)
  1. Pembahasan
1.      Definisi Asma Bronkhial
Berikut beberapa pengertian asma bronkhial menurut beberapa ahli, Asma merupakan penyakit jalan napas  obstruktif intermiten yang bersifat reversible  di mana trakea dan bronkus  berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu  yang  ditandai  dengan  penyempitan  jalan  napas,  yang  mengakibatkan dsispnea, batuk dan mengi (Smeltzer & Bare, 2002:611).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak) (Mansjoer, 2002:476).
Asma  adalah  kelainan  berupa  inflamasi  kronik  saluran  napas  yang menyebabkan  hipereaktivitas  bronkus  terhadap  berbagai  rangsangan  yang  dapat menimbulkan  gejala  mengi,  batuk,  sesak  napas  dan  dada  terasa  berat  terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009).
Kesimpulan asma bronkhial merupakan inflamasi dan spasme akut dari otot halus pada bronchos dan troncheolus yang bersifat revelsible.

2.      Etiologi Asma Bronkhial
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
a.    Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b.    Faktor intrinsik (non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c.    Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002:611).
3.      Tanda dan Gejala Asma Bronkhial
Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial adalah batuk, dispnea, dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat,wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien unutk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Serangan Asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002:612).
4.      Patofisiologi Asma Bronkhial
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus  yang  sangat  banyak.  Selain  itu,  reseptor  α-  dan  β-  adrenergik  dari sistem  saraf  simpatis  terletak  dalam  bronki. 
Ketika  reseptor  α-  adrenergik dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β-  adrenergik  yang  dirangsang.  Keseimbangan  antara  reseptor  α-  dan  β-adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP).  Stimulasi  reseptor  α-  mengakibatkan  penurunan  cAMP,  yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast  bronkokonstriksi. Stimulasi  reseptor  β-  mengakibatkan  peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan  β-  adrenergik  terjadi  pada  individu  dengan  Asma.  Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Smeltzer & Bare, 2002:611-612).
5.      Penatalaksanaan Asma Bronkhial
Tujuan dari terapi asma adalah :
a.    Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma.
b.      Mencegah kekambuhan.
c.       Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin dan berupaya mempertahankannya.
d.      Mengupayakan aktifitas kanan pada tingkat normal termasuk melakukan exercise.
e.       Menghindari efek samping obat asma.
f.       Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel.
Yang termasuk obat anti asma adalah:
a.                   Bronkodiltor :
1)         Agonis B2, seperti :Terbutadin, salbutamol dan feneterol.
2)         Epinefrin atau adrenalin.
3)         Efedrin beserta derivatnya.
4)         Metukxantin seperti : Theopilin, aminofilin
5)         Anti kelinergik
b.    Anti inflamasi seperti : Kortikosteroid, natrium kromolin ekspektoran.
c.                   Antibiotik seperti : Tetrosiklin, penisilin.
           Terapi lain pada penderita asma adalah :
a.     Terapi oksigen.
b.    Fisiologi dada dengan drainase postural.
(Smeltzer & Bare, 2002:613)
6.      Komplikasi Asma Bronkhial
a.     Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
b.      Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
c.       Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
d.      Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
e.       Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
f.       Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
g.      Fraktur iga
Fraktur iga adalah patah tulang pada iga yang disebabkan oleh upaya bernapas yang berlebihan pada kondisi obstruksi jalan napas maupun gangguan ventilasi oksigen.
(Mansjoer, 2008 dalam Kurniawan Adi Utomo,2015)



BAB III
PENUTUP

  1. Simpulan
1.      Asma merupakan  penurunan fungsi paru-paru dan hiperaktifitas saluran napas terhadap berbagai rangsangan. karakteristik penyakit meliputi bronchopasme, hipersekresi mukosa, dan perubahan inflamasi pada jalan napas.
2.      Etiologi dari asma bronkhial adalah faktor ekstrinsik, intrinsik dan asma gabungan.
3.      Tanda dan gejala asma bronkhial adalah batuk, dispnea, dan wheezing.
4.      Patofisiologi dari asma bronkhial dikarenakan adanya Stimulasi reseptor – alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokontriksi. Stimulasi dari reseptor- beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi yang menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan beta adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya, osmotikc rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi otot polos.
5.      Penatalaksanaan asma bronkhial adalah dengan bronkodilator, anti inflamasi, ekspektoran, dan antibiotik. Dapat juga dilakukan terapi oksigen dan drainase postural.
6.      Komplikasi yang terjadi akibat asma bronkhial, diantaranya: pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal nafas, bronkitis, dan fraktur iga.
  1. Saran
1.      Bagi mahasiswa
Makalah ini membahas penyakit asma bronkhial, bagaimana proses perjalanan penyakit, penatalaksanaan yang dapat dilakukan, dan komplikasi yang terjadi. Diharapkan penyususun selanjutnya dapat lebih spesifik dalam membahas penyakit asma bronkhial, seperti bagaimana aplikasinya dalam dunia keperawatan.
2.      Bagi Institusi 
           Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat, tidak hanya menjadi tugas kelompok, tetapi dapat   digunakan sebagai bahan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan dapat lebih spesifik menjelaskan tentang asma bronkhial dalam sebuah karya tulis ilmiah ataupun jurnal penelitian.






DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes R.I). 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan Republik Indonesia [online]. Tersedia: https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/buku_pedoman_asma_2009.pdf. [06 November 2016]
Mansjoer, Arief. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeskulapius.
Utomo, Adi, Kurniawan. 2015. Pengalaman Pasien Dengan Serangan Asma Di IGD RSUD Karanganyar [online]. Tersedia: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-kurniawana-1522-1-kurniawa-_.pdf. [08 November 2016].
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, G, Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC