Asma Bronkhial
Semoga bermanfaat ....
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masalah kesehatan yang timbul pada negara
berbeda-beda, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia biasanya
mempunyai masalah kesehatan yang sangat kompleks. Masalah-masalah kesehatan
yang terjadi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
lingkungan, perilaku, keturunan dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Asma
adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan
bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma di
manifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dipsnea,
batuk dan mengi (Smeltzer and Bare, 2002 : 611).
Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik
secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif
dalam hal bahwa asma adalah proses reversible. Eksaserbasi akut dapat saja
terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh
periode bebas gejala. Jika asma dan bronkhitis terjadi bersamaan, obstruksi
yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronkhitis asmatik kronik
(Smeltzer and Bare, 2002 : 611).
Di Taiwan angka kejadian yang berkunjung ke rumah
sakit 569 keluarga. Penyakit asma ini juga pasti sudah berkembang di negara
Asia lainnya. Hampir 17 % dari semua rakyat Amerika Serikat mengalami asma
dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. (Smeltzer and Bare,
2002 : 611).
- Batasan Masalah
Makalah
ini membahas:
1. Pengertian
asma bronkhial.
2. Etiologi
asma bronkhial.
3. Tanda
dan gejala asma bronkhial.
4. Patofisiologi
asma bronkhial.
5. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi asma bronkhial.
6. Komplikasi
yang diakibatkan oleh asma bronkhial.
- Masalah
Masalah
yang akan dibahas meliputi:
1. Bagaimana
pengertian asma bronkhial ?
2. Apa
saja etiologi dari asma bronkhial?
3. Bagaimana
tanda dan gejala asma bronkhial ?
4. Bagaimana
patofisiologi asma bronkhial ?
5. Bagaimana
penatalaksanaan asma bronkhial. ?
6. Bagaimana
komplikasi asma bronkhial ?
- Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit asma
bronkhial.
2. Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus dalam penyusunan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian asma bronkhial.
b. Mahasiswa
dapat menjelaskan etiologi asma bronkhial.
c. Mahasiswa
dapat menjelaskan tanda dan gejala asma bronkhial.
d. Mahasiswa
dapat menjelaskan patofisiologi asma bronkhial.
e. Mahasiswa
dapat menjelaskan penatalaksanaan asma bronkhial.
f. Mahasiswa
dapat menjelaskan komplikasi asma bronkhial.
- Manfaat Makalah
1. Manfaat
Praktis
- Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat membantu mahasiswa untuk mengenal
penyakit asma bronkhial, bagaimana proses perjalanan penyakit, penatalaksanaan
yang dapat dilakukan, dan komplikasi yang terjadi. Diharapkan dapat
mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari di dunia keperawatan.
- Bagi Institusi
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai referensi bagi institusi dalam melakukan penelitian tentang
asuhan keperawatan pada pasien asma bronkhial.
2. Manfaat
Teoretis
Makalah ini membahas asma bronkhial yang disertai
dengan definisi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, dan komplikasinya. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menambah pengetahuan
baru bagi pembaca mengenai asma bronkhial.
- Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan
metode deskriptif kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
- Tinjauan Teoretis
1.
Definisi
Asma Bronkhial
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas
yang melibatkan berbagai sel inflamasi.Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan mengi
dan sesak (Mansjoer, 2002:476).
2.
Etiologi
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan
imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang
sering menimbulkan Asma adalah: faktor ekstrinsik, intrinsik dan asma gabungan (Smeltzer
& Bare, 2002:611).
3.
Tanda
dan Gejala Asma Bronkhial
Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial
adalah batuk, dispnea, dan wheezing.
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu
yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer
& Bare, 2002:612).
4.
Patofisiologi
Asma Bronkhial
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan
napas difus reversible. Obstruksi
disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki
dengan mukus yang kental. Stimulasi
reseptor α- mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi
reseptor β- mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan
menyebabakan bronkodilatasi. (Smeltzer & Bare, 2002: 611-612).
5.
Penatalaksanaan
Asma Bronkhial
Penatalaksanaan asma bronkhial dilakukan melalui
terapi obat seperti: bronkodilator, anti inflamasi, ekspektoran, dan
antibiotik. Dapat juga dilakukan terapi oksigen dan drainase postural (Smeltzer
& Bare, 2002:613).
6.
Komplikasi
Asma Bronkhial
Komplikasi yang dapat terjadi pada asma bronkhial,
antara lain pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal
nafas, bronkitis, dan fraktur iga (Mansjoer, 2008 dalam Kurniawan Adi Utomo, 2015)
- Pembahasan
1.
Definisi
Asma Bronkhial
Berikut beberapa pengertian asma bronkhial menurut
beberapa ahli, Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat
reversible di mana trakea dan
bronkus berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu yang ditandai
dengan penyempitan jalan
napas, yang mengakibatkan dsispnea, batuk dan mengi
(Smeltzer & Bare, 2002:611).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi.
Dasar
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi
jalan nafas dan gejala pernafasan
(mengi
dan sesak) (Mansjoer, 2002:476).
Asma
adalah kelainan berupa
inflamasi kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan
yang dapat menimbulkan gejala
mengi, batuk, sesak
napas dan dada
terasa berat terutama pada malam dan atau dini hari yang
umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI,
2009).
Kesimpulan asma bronkhial merupakan inflamasi dan
spasme akut dari otot halus pada bronchos dan troncheolus yang bersifat
revelsible.
2.
Etiologi
Asma Bronkhial
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum
diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan
imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang
sering menimbulkan Asma adalah:
a. Faktor
ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen
yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor
intrinsik (non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common
cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
dapat mencetuskan serangan.
c. Asma
gabungan
Bentuk
asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002:611).
3.
Tanda
dan Gejala Asma Bronkhial
Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial
adalah batuk, dispnea, dan wheezing.
Serangan seringkali terjadi pada malam hari.
Asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat,wheezing. Ekspirasi
selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien unutk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan.
Jalan napas yang tersumbat
menyebabkan dispnea. Serangan Asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai
beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meskipun serangan asma jarang ada
yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut
“status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002:612).
4.
Patofisiologi
Asma Bronkhial
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan
napas difus reversible. Obstruksi
disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki
dengan mukus yang kental. Selain itu,
otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi
hiperinflasi, dengan udara terperangkap
didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang
terhadap antigen mengakibatkan
ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot
polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat
banyak. Selain itu,
reseptor α- dan
β- adrenergik dari sistem
saraf simpatis terletak
dalam bronki.
Ketika
reseptor α- adrenergik dirangsang, terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adrenergik
yang dirangsang. Keseimbangan
antara reseptor α-
dan β-adrenergik dikendalikan
terutama oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor α- mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi
reseptor β- mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan
menyebabakan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β-
adrenergik terjadi pada
individu dengan Asma.
Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator
kimiawi dan konstriksi otot polos (Smeltzer & Bare, 2002:611-612).
5.
Penatalaksanaan
Asma Bronkhial
Tujuan
dari terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan
dan mengendalikan gejala asma.
b. Mencegah
kekambuhan.
c. Mengupayakan
fungsi paru senormal mungkin dan berupaya mempertahankannya.
d. Mengupayakan
aktifitas kanan pada tingkat normal termasuk melakukan exercise.
e. Menghindari
efek samping obat asma.
f. Mencegah
obstruksi jalan napas yang ireversibel.
Yang termasuk obat anti asma adalah:
a.
Bronkodiltor :
1)
Agonis B2, seperti
:Terbutadin, salbutamol dan feneterol.
2)
Epinefrin atau adrenalin.
3)
Efedrin beserta derivatnya.
4)
Metukxantin seperti : Theopilin,
aminofilin
5)
Anti kelinergik
b. Anti
inflamasi seperti : Kortikosteroid, natrium kromolin ekspektoran.
c.
Antibiotik seperti : Tetrosiklin,
penisilin.
Terapi
lain pada penderita asma adalah :
a. Terapi
oksigen.
b. Fisiologi
dada dengan drainase postural.
(Smeltzer & Bare, 2002:613)
6.
Komplikasi
Asma Bronkhial
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam
rongga pleura yang dicurigai bila
terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan
ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
b. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”,
juga dikenal sebagai emfisema
mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara
hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain
yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
c. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
d. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang
disebabkan oleh jamur dan tersifat
oleh adanya gangguan pernapasan yang berat.
Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah
Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan
adanya infeksi Aspergillus sp.
e. Gagal
napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen
terhadap karbodioksida dalam paru-paru
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen
dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
f. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di
mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil
(bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak).
Akibatnya penderita merasa perlu batuk
berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran
udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
g. Fraktur
iga
Fraktur iga adalah patah tulang pada iga
yang disebabkan
oleh upaya bernapas yang berlebihan pada kondisi
obstruksi
jalan napas maupun gangguan ventilasi oksigen.
(Mansjoer, 2008 dalam Kurniawan Adi
Utomo,2015)
BAB
III
PENUTUP
- Simpulan
1. Asma
merupakan penurunan fungsi paru-paru dan
hiperaktifitas saluran napas terhadap berbagai rangsangan. karakteristik
penyakit meliputi bronchopasme, hipersekresi mukosa, dan perubahan inflamasi
pada jalan napas.
2. Etiologi
dari asma bronkhial adalah faktor ekstrinsik, intrinsik dan asma gabungan.
3. Tanda
dan gejala asma bronkhial adalah batuk,
dispnea, dan wheezing.
4. Patofisiologi
dari asma bronkhial dikarenakan adanya Stimulasi reseptor – alfa mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan
oleh sel-sel mast bronkokontriksi. Stimulasi dari reseptor- beta mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi yang
menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan beta
adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya, osmotikc rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi otot polos.
5. Penatalaksanaan
asma bronkhial adalah dengan bronkodilator, anti inflamasi, ekspektoran, dan antibiotik.
Dapat juga dilakukan terapi oksigen dan drainase postural.
6. Komplikasi
yang terjadi akibat asma bronkhial, diantaranya: pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal nafas, bronkitis, dan
fraktur iga.
- Saran
1. Bagi mahasiswa
Makalah ini membahas penyakit asma bronkhial,
bagaimana proses perjalanan penyakit, penatalaksanaan yang dapat dilakukan, dan
komplikasi yang terjadi. Diharapkan penyususun selanjutnya dapat lebih spesifik
dalam membahas penyakit asma bronkhial, seperti bagaimana aplikasinya dalam
dunia keperawatan.
2. Bagi
Institusi
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat, tidak hanya
menjadi tugas kelompok, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut dan dapat lebih spesifik menjelaskan tentang asma
bronkhial dalam sebuah karya tulis ilmiah ataupun jurnal penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (DepKes R.I). 2009. Pedoman
Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia [online]. Tersedia: https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/buku_pedoman_asma_2009.pdf.
[06 November 2016]
Mansjoer, Arief. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeskulapius.
Utomo, Adi, Kurniawan. 2015. Pengalaman Pasien Dengan Serangan Asma Di IGD RSUD Karanganyar [online]. Tersedia: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-kurniawana-1522-1-kurniawa-_.pdf.
[08 November 2016].
Smeltzer,
Suzanne C dan Bare, G, Brenda. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC