Senin, 20 Februari 2023

Keperawatan Gerontik - Konsep Lanjut Usia (Lansia)


1.    Konsep Lanjut Usia (Lansia)

a.       Pengertian lansia

        Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lansia dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2008).

 

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua

Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Abdul muhith dan Sandu (2016),  penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang mempengaruhi yaitu:

1)      Hereditas atau genetik

        Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh  satu kromosom X . Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang dari pada laki-laki.

2)      Nutrisi atau makanan

Berlebihan atau kekurangan menggangu keseimbangan reaksi kekebalan.

3)      Status kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.

4)      Pengalaman hidup

a)      Paparan sinar matahari : kulit yang tak terlindung sinar matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan dan menjadi kusam

b)      Kurang olahraga: olahraga membantu pembentukan otot dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah

c)      Mengkonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit.

5)      Lingkungan

Proses menua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat.

6)      Stres

Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekrjaan, ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap proses penuaan. 

c.        Proses menua

        Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak awal permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamih, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2015).

Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).

d.      Batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut :

1)      Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

a)      Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b)      Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun,

c)      Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun,

d)      Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

2)      Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia, kedewasaan dibagi empat bagian :

a)      Fase iuventus usia 25-40 tahun,

b)      Fase verilitas usia 40-50 tahun,

c)      Fase prasenium usia 55-65 tahun,

d)      Fase senium usia 65 tahun hingga tutup usia.

3)      Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap:

a)      Early old age (usia 60-70 tahun),

b)      Advanced old age (usia >70 tahun).

        Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, tedapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut undang-undang tersebut lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Kushariyadi.2010). 

e.       Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

        Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut Maryam (2008):

1)      Sel

        Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.

2)      Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

3)      Respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.

4)      Persarafan

Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress.Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.

5)      Muskuloskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

6)      Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.

7)      Pendengaran

Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

8)      Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.

9)      Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam, 2008). 



DAFTAR PUSTAKA

 

Heningsih. (2014). Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id . Di akses 15 November 2017

Kowalski. (2010). Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jakarta: Image Press

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Maryam, S.  dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Muhith, A. & Sandu, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi

Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Ode, S. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha Medika

Putri, D. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pada Lansia di Kelurahan Lembah Sari Rumbai Pesisir. Universitas Riau. Di akses: http://repository.unri.ac.id

Sri, A. dkk. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Lansia Hipertensi Dalam Memeriksakan Tekanan Darahnya. Universitas Riau. JOM PSIK Vol 1 No 2, Oktober 2014. https://media.neliti.com. Diakses 30 Oktober 2017

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tedjasukmana, P. (2012). Tata Laksana Hipertensi. Jakarta: Departemen Kardiologi, RS Premier Jatinegara dan RS Graha Kedoya

Tirtayasa, G. (2008). Hubungan Kebiasaan Hidup dan Dukungan Keluarga Lansia Dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Rendang Karang Asem Bali.  http://lib.unair.ac.id . Di akses 11 November 2017



1 komentar: